Amphitheater: Tempat Reservasi Tanaman Buah Nusantara dan BATRA

SARPRAS - Kata “pelopor” sepertinya akan menjadi nama lain dari Direktorat Sarana dan Prasarana Universitas Airlangga (DITSARPRAS UNAIR). Setelah berhasilkan menghadirkan installation art pertama dan satu-satunya di UNAIR, kini DITSARPRAS mempersembahkan amphitheater pertama dan juga satu-satunya di UNAIR.

Bagi sebagian orang yang belum familiar, amphitheater adalah sebuah gelanggang terbuka yang digunakan untuk pertunjukan hiburan dan pertunjukan seni.

Amphitheater

Area seluas 1.853,59 meter persegi disulap menjadi amphiteater dengan adanya panggung di tengah dan tempat duduk berjenjang di sekitar panggung, yang dapat memuat kurang lebih 2.208 orang.

Amphitheater bergaya modern dengan bentuk seperti kipas atau setengah lingkaran, dapat membuat suara dari atas panggung menggema dengan baik di area amphitheater.

Tempat duduk penonton dibuat setengah lingkaran yang dapat memberikan garis pandang terbaik serta dapat meredam suara gaduh penonton.

Amfiteater dengan panggung setinggi 45 centimeter dilengkapi dengan atap yang bisa menghasilkan suara lebih keras lewat gemanya. Bahan-bahan dengan permukaan solid merupakan material yang lebih baik untuk diterapkan pada bagian atap panggung.

Selain itu, di sekitar amphitheater juga ditumbuhi tanaman nusantara dan pengobatan tradisional (BATRA), beberapa diantaranya adalah

Pohon Kepel

Kepel merupakan salah jenis pohon buah asli dari Indonesia. Kepel juga dikenal sebagai kecindul, simpol, cindul (Jawa), burahol, turalak (Sunda), sedangkan di Inggris dikenal dengan sebutan kepel (Keppel). Nama kepel mengacu pada ukuran buah yang hanya sebesar kepalan tangan.

 

Pohon Mundu

Mundu dianggap sebagai jenis pohon yang kurang penting, sehingga tidak dibudidayakan, kurang diremajakan, dan termasuk jenis pohon langka dan saat ini kurang dikenal.

 

Pohon Kenitu

Kenitu atau sering disebut caimito atau star apple, merupakan tanaman yang banyak digunakan sebagai pohon hias dan buahnya dapat dikonsumsi.

 

Pohon Keben

Keben atau lebih populer disebut kalpataru dipilih sebagai lambang penghargaan bagi kota/kabupaten yang dinilai berhasil menata lingkungan hidupnya.

Hadirnya tanaman-tanaman langka yang jarang ditemui ini menjadi salah satu wujud reservasi tanaman nusantara dan BATRA yang sedang digalakkan oleh DITSARPRAS.

“Harapannya dengan adanya tanaman nusantara dan obat keluarga yang ditanam di area ini dapat dimanfaatkan dan dikonsumsi oleh sivitas UNAIR, serta bunganya dibawa ke kota asal dan ditanam dengan tujuan untuk melestarikan”, ungkap Nugroho Sasikirono selaku Direktur Sarana dan Prasarana Universitas Airlangga.

 

  Kirim